Letusan Gunung Kelud yang bawa hujan pasir bawa malapetaka juga sekaligus barokah untuk penduduk disekitarnya. Beberapa penduduk ramai-ramai menghimpun pasir dari atap rumah serta jalan raya buat digunakan jadi bahan bangunan.
Ditengah-tengah kesibukan pengungsian yang dilaksanakan penduduk di beberapa kantor desa, sejumlah penduduk malahan repot menghimpun pasir dari jalan raya.
Memanfaatkan pelbagai perabotan gampang seperti cangkul, sekop, sapu, sampai timba, mereka menghimpun pasir hasil letusan Kelud ke halaman rumah.
Cukup bikin bahan bangunan kata Joko, penduduk Desa Janti, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jumat 14 Februari 2014.
Gak tunggu lama sejak mulai hujan pasir berlangsung, Kamis malam, 13 Februari, Joko berbarengan temannya mengeruk pasir dari tubuh jalan memanfaatkan sekop.
Pasir hasil letusan Kelud dikira punyai mutu bagus dbanding pasir dari basic sungai. Tidak cuman berwarna putih bersih, butiran pasir Kelud begitu lembut seperti pasir biasa yang disaring.
Menurut tinjauan Tempo, kesibukan menghimpun pasir ini penduduk lain di selama jalan ketujuan Kelud. Sejumlah ibu-ibu bahkan juga ikut menghimpun pasir memanfaatkan timba.
Menurut mereka, harga pasir sungai di toko bangunan sekarang ini cukup mahal. Walaupun sebenarnya kwalitasnya jauh dibawah pasir Kelud.
Tidak cuman bagus buat bahan bangunan, pasir Kelud pun di yakini bisa menyuburkan tanaman. Bahkan juga guyuran pasir di area pertanian punya penduduk di lereng Kelud gak membunuh tanaman itu.
Perihal ini dibuktikan oleh Pak Nah, satu diantara petani di Desa Sugihwaras yang periksa tanaman nanasnya selesai letusan pagi hari barusan. Alhamdulillah tak ada harga lantai kayu yang rusak ujarnya.
Guyuran pasir ini pernah juga berlangsung pada letusan Kelud tahun 1990 lalu. Bahkan juga kala itu ketebalan pasir di jalan raya jauh tambah tinggi dari sekarang ini.
Dalam kurun waktu dua hari selesai hujan deras, semuanya tanaman kembali bersih serta fresh sebelumnya setelah tertimbun pasir lebat.
Kampung Anggrek di Kabupaten Kediri ada di kaki Gunung Kelud, Dusun Sumberpetung, Desa Sempu, Kecamatan Ngancar ini, gak cuma menyiapkan beberapa ratus model anggrek dari semuanya Indonesia, namun juga kunjungan kebun yang menakjubkan.
Dengan mengemudikan mobil kayu yang dirancang privat serupa kereta kelinci, banyak pengunjung dapat menyisiri bentangan kebun nanas, kakao, cengkeh, sampai tebu yang terhampar seluas 400 hektar. Kebun ini yaitu sisa peninggalan Belanda yang diatur serta berubah menjadi asset PT Karunia Anggrek Nusantara.
Minggu, 13 Oktober 2019, saya coba wahana baru ini. Perjalanan telusuri perkebunan di kaki Gunung Kelud itu, nyata-nyatanya begitu menyenangkan juga sekaligus menentang.
Cukup membayar ticket mobil kayu sebesar Rp15. 000 per orang, perjalanan dahsyat dapat mulai.
Selesai membayar ticket, saya diperintah ambil masker muka. Menurut petugas loket, perjalanan telusuri kebun sangat berdebu pada musim kemarau. Akan tetapi hal semacam itu gak bakal kurangi keindahan pemandangan kebun harga asbes yang bakal kami lewati.
Konstruksi mobil dirancang terbuka dengan tersisa atap jadi pelindung panas. Semuanya rangkanya, terkecuali mesin dibikin dari kayu, dengan tempat duduk berjajar ke belakang.
Tiap-tiap baris kursi dapat diisi 2 – 3 orang dewasa. Tidaklah ada kaca atau pelindung samping pada mobil, sampai sungguh-sungguh berubah menjadi kendaraan terbuka yang asik.
Etape pertama memutari kebun yaitu permukiman masyarakat. Telusuri jalanan tanah yang bergelombang, pengunjung dapat saksikan dari dekat situasi pemukiman masyarakat di kaki Gunung Kelud yang simple. Rumah-rumah kecil yang sejumlah masih berwujud papan, berjajar di kanan kiri jalan.
Sejumlah rumah kelihatan berdampingan dengan kandang sapi. Tidak cuman bercocok tanam, penduduk Desa Sempu pun memerah susu sapi jadi mata pelacakan.
Selesai melalui daerah pemukiman, perjalanan seterusnya yaitu membelah kebun cengkih. Mobil kayu yang kami tumpangi berderit kala melalui gundukan tanah yang tinggi. “Tidak mesti takut, mobil ini kuat kok, ” kata pengemudi dengan nada tenang.
Menurutnya, mobil ini mulainya yaitu Suzuki Futura. Body-nya berniat di hilangkan buat ditukar dengan rangka kayu. Sesaat mobil yang mempunyai ukuran tambah besar diubah dari Suzuki ELF.
Gundukan tanah yang kami lalui nyata-nyatanya berubah menjadi pembuka perjalanan yang lebih ekstrim. Setelah itu mobil bergerak lambat telusuri jalanan kebun yang jauh dari rata.
Sekian kali mobil tampak miring serta mengakibatkan seruan banyak penumpang. “Nah ini serunya, ” sahut pengemudi dengar seruan penumpang.